Kulirik arloji di tangan kiriku, waktu menunjukkan pukul 20.35. Berarti mungkin sampai kontrakan aku sudah tidak sempat mengerjakan tugas kuliahku dulu. Session aerobic hari ini molor sampai setengah jam. Memang tidak mudah menjadi seorang mahasiswi sekaligus seorang instruktur senam. Aku harus pandai membagi waktu antara kuliah dan bekerja. Di satu sisi aku harus mengejar agar kuliahku dapat selesai pada waktunya, namun di sisi lain aku juga harus tetap memenuhi kewajibanku sebagai instruktur aerobik demi mendapatkan uang untuk kebutuhanku sehari-hari. Biaya kontrakan di daerah Bekasi juga tidak murah, karena aku memilih kontrakan yang nyaman dan berfasilitas lengkap.
Betapa terkejutnya aku ketika kuperiksa ke dalam tas ternyata hape dan paper tugas kuliahku tidak ada. Sepertinya tertinggal di tempat fitness. Mau tidak mau akhirnya kuminta supir taksi itu untuk putar balik ke tempat semula. Tak berapa lama sampailah aku di sebuah fitness center di bilangan Jakarta Timur. Karena aku juga belum yakin apakah barangku tertinggal di dalam, akhirnya kubayar taksi itu dan tidak kusuruh menunggu. Kulihat lampu masih menyala, ah, berarti masih ada orang di dalam. Aku pun segera bergegas masuk. Ternyata di dalam masih ada Ivan salah seorang instruktur untuk bodybuilder. Menurutku dia cukup tampan dengan body yang ideal. Tidak terlalu besar namun padat dengan otot yang menonjol di sana sini. Perut yang sixpack itu tentu akan membuat gadis mana pun bertekuk lutut. Aku sendiri sangat kagum terhadap dirinya, terhadap kemampuannya menjaga kebugaran tubuhnya. Tidak jarang sosok Ivan menghiasi fantasi-fantasi liarku. Saat ini kulihat dia sedang berlatih bench press, yaitu sebuah alat latihan yang digunakan untuk membentuk otot dada.
"Hai, Van. Belum pulang nih? Widih, masih latihan aja nih." sapaku saat memasuki ruangan. Ruangan di fitness center tempat aku bekerja terbagi menjadi dua, yang satu untuk latihan aerobik, tempatnya lebih di dalam dan satu lagi untuk latihan beban yang letaknya lebih di luar. Seluruh ruangan dipasangi cermin sehingga kami dapat melihat pantulan diri kami dari segala sisi.
"Oh, hai, Ren. Lho kok balik lagi? Bukannya tadi lo udah balik ya? Kalo gue sih lagi dapet shift malem, jadi ntar sekalian nutup pintu depan." jawabnya sambil menyeka keringat di tubuhnya. Dia memakai kaos singlet yang sangat mengekspos otot-otot di lengan dan dadanya. Lututku hampir lemas saat melintas di depannya. Entah hanya perasaanku saja atau saat ini dia memang sedang memandangku namun tidak seperti biasanya. Tatapannya seolah sedang menelusuri setiap lekuk tubuhku. Memang saat ini aku hanya memakai kaos tanktop warna pink yang lumayan ketat sehingga menonjolkan setiap lekukan tubuhku. Payudaraku sedikit di atas rata-rata, dengan ukuran 34 C cukup membuat kaum adam terhipnotis. Selain itu aku memakai celana pensil yang menempel ketat sehingga menampilkan bentuk pantatku yang indah membulat akibat efek dari latihan aerobik yang kujalani.
"Iya nih Van, kayanya hape dan tugas kuliah gue ketinggalan deh. Makanya gue balik lagi. Mudah-mudahan sih masih ada di sini. Seinget gue tadi udah gue siapin deket tas, eh pas gue cek di taksi ternyata gak ada."
"Ya udah coba lo cari dulu, mudah-mudahan sih ketemu. Bisa berabe kalo hape ilang. Eh, gue persiapan nutup pintu depan dulu ya." katanya sambil ngeloyor pergi ke depan.
Setelah kucari kesana kemari, ternyata map berisi tugas kuliah dan hapeku terselip di loker bagian bawah. Saat aku sedang mengambil map dan hape itu, ada suara berdehem, dan aku pun mendongak dengan posisi tubuh masih merangkak.
"Ehm, Ren, lo tau gak? Ternyata lo tuh punya asset yang luar biasa. Gue selalu ngebayangin gimana ya rasanya..." Ivan sudah bersandar di pintu pembatas antara ruang aerobik dan bodybuilder. Sial! sepertinya dia sudah berdiri cukup lama di situ. Dan lebih sial lagi dengan posisiku saat ini berarti buah dadaku terlihat sangat menggantung dan akan membuat lelaki manapun tergoda.