Saturday, March 15, 2014

Istriku Ngidam Threesome 2

Cerita Sebelumnya

KRIIING! Tiba-tiba telepon di meja kerjaku berdering memecah lamunan jorokku. "Hallo, selamat siang."

"Hallo, hei Mas. Kapan kamu bisa cuti? Aku udah dapet orangnya nih. Sekarang keputusan berada di tanganmu." ternyata istriku yang berbicara di seberang sana.

"Sebentar, sebentar, ini kita ngomongin apa ya? Aku masih belum nyambung nih." jawabku bingung.

"Itu tentang rencana kita mau main bertiga. Aku udah nemu orangnya nih. Pokoknya masalah waktu terserah kamu, Mas." sahutnya antusias.

Aku mulai ingat sekarang. Istriku yang sedang hamil ini memiliki ngidam yang cukup aneh. Dia ingin kami melakukan sex bertiga alias threesome. Awalnya aku cukup kaget dengan permintaannya itu, meskipun dalam hati aku bersorak kegirangan. Lelaki mana yang tidak senang bisa berhubungan sex dengan 2 wanita sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Wow, itu pasti menjadi fantasi setiap pria. Istriku menghendaki hal itu hanya dengan satu syarat mudah, partner yang diajak harus dia yang memilih. Aku sih ikut saja, toh mendapatkan kesempatan emas begini aku sudah senang sekali.

"Oh ya? Benarkah? Jadi siapakah dia? Apakah aku kenal orangnya?" tanyaku penasaran.

"Ada deh. Masih rahasia, pokoknya kamu kenal orangnya dan pasti tidak mengecewakan. Yang penting sekarang kamu harus segera mengajukan cuti, Mas." dia setengah menggoda.

"Oke, nanti aku akan segera mengurus cutiku, dan setelah itu kita akan party bertiga... " jawabku penuh semangat.

Singkat cerita, akhirnya aku segera mengurus cuti dan mengambil 3 hari dari 12 hari cuti yang tersisa. Aku sengaja mengambil cuti di hari Jumat, Senin, dan Selasa agar liburan kami benar-benar memuaskan. Aku dan istriku sepakat untuk menyewa sebuah cottage di Carita. Kami memilih suasana di tepi laut untuk menambah romantisme.

Hari yang dinanti pun tiba. Partner yang kami ajak tidak lain dan tidak bukan adalah si Wulan. Dia adalah teman kos istriku semasa kuliah. Aku pun mengenal Wulan dengan cukup baik. Satu yang berkesan darinya adalah dia memiliki payudara yang ukurannya di atas rata-rata. Dulu aku sering mengambil kesempatan ketika dia meminta bantuanku untuk mengantarnya menggunakan sepeda motor. Ketika membonceng, buah dada yang kenyal itu sering sekali menekan punggungku. Awalnya dia protes kenapa tas punggungku aku letakkan di dada, tapi aku beralasan, bahwa tas tersebut aku gunakan untuk pelindung dada dari terpaan angin. Padahal sih... (anda sudah tahu alasannya, lah...)

Wednesday, February 5, 2014

Jessica Kepergok Masturbasi

Ketika sedang asyik masturbasi, tanpa diduga kekasihnya datang. Awalnya Jessica merasa kikuk, namun ternyata pacarnya malah ikutan horny. Akhirnya mereka berdua larut dalam buai asmara. Mari kita lihat kisah selengkapnya...

Friday, January 31, 2014

Jaka Tarub XXX


Dahulu kala, di Desa Tarub, tinggal­lah seorang janda bernama Mbok Randa Tarub. Sejak suaminya me­­ninggal dunia, ia mengangkat seorang bo­­­cah laki-laki sebagai anaknya. Setelah dewa­sa, anak itu dipanggilnya Jaka Tarub.

Jaka Tarub anak yang baik. Tangannya ringan melakukan pekerjaan. Setiap hari, ia membantu Mbok Randha mengerjakan sawah ladangnya. Dari hasil sawah ladang itulah mereka hidup. Mbok Randha amat mengasihi Jaka Tarub seperti anaknya sendiri.

Waktu terus berlalu. Jaka Tarub ber­anjak dewasa. Wajahnya tampan, tingkah lakunya pun sopan. Untuk ukuran seorang pemuda, dapat dikatakan bahwa Jaka Tarub memiliki postur yang lumayan. Tubuhnya tinggi dengan badan yang tegap serta ototnya yang kekar karena terbiasa bekerja keras. Banyak gadis yang men­dambakan untuk menjadi istrinya. Na­mun Jaka Tarub belum ingin beristri. Ia ingin berbakti kepada Mbok Randha yang di­anggap­nya sebagai ibunya sendiri. Ia be­ker­ja se­makin tekun, sehingga hasil sawah ladang­nya melimpah. Mbok Randha yang pe­­murah akan membaginya dengan te­tang­ga­nya yang kekurangan. “Jaka Tarub, Anakku. Mbok lihat kamu sudah de­wasa. Sudah pantas meminang gadis. Lekaslah me­nikah, Simbok ingin menimang cucu,” kata Mbok Randha suatu hari.

“Tarub belum ingin, Mbok,” jawab Jaka Tarub.

“Tapi jika Simbok tiada kelak, siapa yang akan mengurusmu?” tanya Mbok Randha lagi.

“Sudahlah, Mbok. Semoga saja Sim­bok berumur panjang,” jawab Jaka Tarub singkat.

“Hari sudah siang, tetapi Simbok be­lum bangun. Kadingaren …,” gumam Jaka Tarub suatu pagi.

“Simbok sakit ya?” tanya Jaka Tarub meraba kening simboknya.

“Iya, Le,” jawab Mbok Randha lemah.

“Badan Simbok panas sekali,” kata Jaka Tarub cemas. Ia segera mencari daun dhadhap serep untuk mengompres simbok­nya. Namun rupanya umur Mbok Randha ha­nya sampai hari itu. Menjelang siang, Mbok Randha menghembuskan napas ter­akhirnya.

Sejak kepergian Mbok Randha untuk selamanya, Jaka Tarub sering melamun. Kini sawah ladang­nya terbengkalai. “Sia-sia aku bekerja. Un­­tuk siapa hasilnya?” demikian gumam Jaka Tarub. Tinggalah dia seorang diri di rumah itu.

Suatu malam, Jaka Tarub bermimpi me­makan daging rusa. Saat terbangun dari mimpinya, Jaka Tarub menjadi ber­se­­lera ingin makan daging rusa. Maka pagi itu, Jaka Tarub pergi ke hutan sambil mem­bawa busur dan anak panahnya. Ia ingin memanah rusa. Hingga siang ia berjalan, namun tak seekor rusa pun dijumpainya. Jangankan rusa, kancil pun tak ada. Padahal Jaka Tarub sudah masuk ke hutan yang jarang dijamah manusia. Ia kemudian duduk di bawah pohon dekat telaga melepas lelah. Angin sepoi-sepoi membuatnya tertidur.