Lanjutan dari cerita sebelumnya
Dari bibir, lalu kutelusuri leher jenjang putih itu. Kusapu dengan
lidahku dan kubikin sedikit cubitan kecil disana. Vera pun mendesah dan
tampak begitu menikmati, sembari tangannya meremas dan mengacak-acak
rambutku. Dari leher lalu mulai turun ke daerah dua bukit kembarnya.
Amboi, indah sekali dengan ukuran 34 C itu. Begitu terasa kenyal dengan
puting berwarna kecoklatan sudah tegak mengacung. Kutelusuri sisi-sisi
dari payudaranya, dan sengaja tidak langsung ke putingnya supaya dia
penasaran dan semakin terangsang. "Ah, Mas Dani... Hisap putingku,
cepat... Rasanya geli sekali..." katanya memohon. Aku sengaja menyisakan
dua tonjolan kecil itu untuk nanti. Lidahku pun turun menyusuri
perutnya dan bermain-main di pusarnya. Dia menggeliat kegelian, "Ufh...
Mas Dani... Geli... Ah..." kulirik matanya memejam tanda menikmati apa
yang kulakukan. Aku pun segera melepas baju kemeja dan kaos dalamku.
Karena tubuhku sudah merasa kegerahan.
Kusingkapkan rok abu-abu itu ke atas sampai ke pinggangnya.
Kulihat celana dalam warna krem itu sudah sedikit basah di bagian
tengahnya. Kuciumi paha putih mulus itu, sambil tanganku meremas-remas
bongkahan pantat nan padat itu. Tangannya masih meremas-remas rambutku.
aku pun bergerak sampai pangkal pahanya dan masih terus kusapu dengan
lidah dan bibirku. Terkadang kugigit-gigit kecil di bagian paha bagian
dalam dekat pangkal pahanya. "Oufhhh... Masss... Ssshh..." dia mendesah
penuh kenikmatan.
Perlahan-lahan kulepaskan celana dalam yang sudah mulai basah
itu. Kini dihadapanku terpampanglah sebuah pemandangan menakjubkan.
Sebuah belahan daging berwarna merah dengan sedikit rambut halus di
bagian luarnya. Ternyata Vera adalah gadis yang pandai merawat diri.
Terlihat rambut kemaluan itu baru saja tumbuh tanda dia rajin
mencukurnya. Di bagian tengahnya tampak sedikit berkilat-kilat karena
sudah terlumuri cairan pelumas. Tak menunggu lama lagi, kukecup lalu
lidahku bergerilya di area paling pribadinya. Kubelai dengan lidahku
bagian bibir luarnya, lalu lidahku mulai merangsek ke dalam bibir
dalamnya. Aroma khas yang semakin membakar gairahku. Kurasakan batangku
di bawah sana sudah semakin menegang mencari pelampiasan.
Dari liang itu kuarahkan lidahku menuju muara dari bibir dalamnya
yang berupa tonjolan kecil. Kuhisap dan kujilati tonjolan yang sudah
semakin menegang itu. Dia pun semakin terangsang dan meracau, "Ssh..
Ahhh... Ayo Mas, Terus.... Auw, nikmat sekali..." Lalu jariku mulai
menelusup menuju celah yang sudah basah itu. Perlahan-lahan kumasukkan
jariku ke dalam liang senggamanya, dan kugerakan keluar masuk sembari
lidahku menstimulasi klitorisnya. "Hufh..hufh... Mas... Gila... Ouch...
Terus Mas..." dia terus meracau. Semantara itu, tangan kiriku terus
mempermainkan payudaranya, dan kali ini aku sudah merambah bagian
putingnya. Kupilin-pilin dan kutarik dengan lembut. Dia mulai menarik
dan meremas-remas rambutnya sendiri. Melihat itu, lalu kutekuk sedikit
ke atas jariku yang terbenam di dalam liang senggamanya agar dapat
menyentuh G-spotnya. Dan Benar saja ketika jariku meraba permukaan yang
sedikit kasar di dalam sana, tubuhnya mengejang, melengkung ke atas,
bola matanya terbalik hingga yang nampak hanya putihnya saja. Tangannya
menyambar rambutku dan kali ini meremas lebih keras. Pinggulnya
diangkatnya ke atas seolah-olah ingin membenamkan lidah dan jariku lebih
dalam lagi. Di dalam sana jariku terasa seperti diurut-urut dan
terjepit sesuatu. "Aaaaakhhh... Masss... Ssshh... Aku keluar,
Masss....!!!" dan beberapa saat kemudian jariku merasakan ada semburan
cairan hangat yang akhirnya mengalir hingga pergelangan tanganku.
Kemudian tubuh Vera melemas dan lunglai. Kulirik wajahnya,
matanya kini sayu dengan nafas yang terengah-engah. Kucabut jariku dari
kemaluannya, lalu kusodorkan ke mulutnya. Tanpa basa-basi dia segera
menjilati dan mengisap jariku yang penuh dengan cairan kenikmatannya.
Lalu dengan gemasnya kuciumi bibirnya, dan kami pun kembali berpagut.
Batangku yang sudah mengeras sejak tadi belum mendapatkan pelampiasan.
Vera pun seolah mengerti, dia lalu dengan cekatan melepas celana
panjangku. Tampak membayang dibalik celana dalamku sebuah batang yang
mengeras hampir menyentuh pusarku. Vera tampak sedikit terkejut, melihat
pemandangan ini. Aku penasaran, bukankah dia sudah melakukannya dengan
Ricky beberapa kali, namun mengapa masih merasa heran. Apakah karena
ukuranku yang lebih besar atau justru lebih kecil dari punya Ricky? Lalu
dia pun segera melepas celana dalamku. Kini tampaklah batangku
menyembul dan mengacung dengan gagah perkasa.
"Gila, Mas. Ternyata punyamu lebih besar dari punya Ricky. Aku
sampai kaget melihatnya." gumamnya keheranan. Aku merasa bangga karena
ternyata punyaku lebih besar. Kedua tangan Vera kemudian menggenggam dan
bergerak naik turun. Tak berapa lama, batangku sudah tenggelam ke dalam
mulutnya yang imut itu. Dia mulai mengulum, menjilat dan menghisap
batangku. Rasanya sungguh luar biasa. Membuatku melayang dan terbang
menuju gerbang kenikmatan. "Oh... Ver... Nikmat sekali... Kamu pinter
ya... Iya terus..."
Aku tak mau tinggal diam. Aku segera
berbaring di sofa dan kutarik pinggulnya agar berada di atas wajahku.
Diapun dengan posisi merangkak sudah berada di atas tubuhku. Dia
kemudian melanjutkan kegiatannya dengan batangku, sementara itu di
depanku terpampang bongkahan pantat yang putih dan padat. Segera saja
kuciumi, dan kugigit kecil. Lalu aku menuju ke liang kenikmatannya
kembali. Kulihat dia sudah terangsang kembali, karena di sana sudah
tampak sangat basah oleh cairan pelumas. Tak menunggu lama, aku kembali
bergerilya di daerah kewanitaannya. Kugunakan lagi jariku. Kali ini
lidah ku yang mengeksplorasi liang kenikmatannya sedangkan ibu jariku
terus mengelus-elus klitorisnya. "Awh... Mas... Geli.... tapi jangan
berhenti ya... Sshhh... terus... Mmh..." dia menggumam sambil kembali
mengulum batang kemaluanku.
Gerakan lidahku semakin cepat, ibu jari dan telunjukku menarik
dan memilin kecil daerah klitorisnya. Hal ini kembali memacu gairahnya.
Pinggulnya bergoyang megikuti irama lidahku. Lalu beberapa saat kemudian
tubuhnya kembali mengejang, dan dari dalam liang kewanitaannya
menyemburkan kembali cairan kenikmatan itu. Hanya kali ini tepat
mengenai wajahku. Rasanya hangat dengan aroma yang khas. "Akkhhh...
akkkuu keluarr lagi, Mas... Ssshhh... aaachhh." Tubuhnya kini ambruk dan
berada di atasku. Lalu kubalikkan tubuhnya yang saat ini hanya
mengenakan rok abu-abu yang tersingkap sepinggang. Dengan perlahan
kuturunkan rok itu, hingga kini tampaklah dia dalam keadaan telanjang
bulat tanpa busana dan tergolek lemah tak berdaya. Kuangkat dan kubopong
dia menuju kamar depan. Vera lalu kutidurkan di tepi ranjang. Gairahku
sudah memuncak, dan batang ini harus segera dijinakkan. Dengan tanganku
lalu kugosok-gosokkan kepala kemaluanku di permukaan kewanitaannya yang
sudah banjir itu secara perlahan.
Dia menggeliat kegelian, namun birahinya akhirnya lebih
menguasainya. Dibukanya paha itu lebih lebar, dan dengan hati-hati
kudorong kemaluanku ke dalam liang senggamanya. Rasanya masih sempit
sekali. Setelah beberapa saat akhirnya seluruh batangku terbenam
seluruhnya ke dalam miliknya. "Huuufhh... punyamu besar sekali sih Mas.
Punya Ricky aja gak segede ini. Rasanya penuh banget di dalam punyaku.
Gerakinnya pelan-pelan ya Mas. Takut sakit." katanya memohon.
Aku pun menuruti permintaannya. Kugerakkan hati-hati, kutarik sampai
batas kepala, lalu kebenamkan dengan perlahan. Seiring gerakanku, Vera
terus mendesah, seolah-olah menikmati setiap gerakan yang kubuat.
"Sssh...Ahh...Ssshhh...Ahhhh..."
Dengan penuh nafsu, akhirnya kulumat bibir yang terus mendesah
dan melenguh itu. Lidah kami pun saling bergumul lagi. Dari bibirnya
lalu aku bergerak ke payudaranya. Putingnya yang sudah keras itu
kuciumi, kuhisap, dan bahkan kugigit-gigit kecil. Dia pun menggelinjang
dan terus meremas-remas rambutku. Di bawah sana kurasakan gerakanku
sudah semakin mudah, mungkin karena cairan pelumas yang keluar seiring
semakin tingginya birahi yang dirasakan Vera saat ini. Gerakanku semakin
cepat dan penuh tenaga. Tak puas, lalu kuangkat kedua kaki Vera dan
kuletakkan di atas pundakku. Sehingga penetrasiku menjadi semakin dalam.
"Aawww.... Mas... Ssshh... Ahh..."
Sementara itu tanganku kali ini bergerilya di payudaranya,
meremas, dan memilin-milin putingnya. aku tak peduli ketika bunyi
kecipak yang dihasilkan dari beradunya pahaku dan pantatnya memenuhi
ruangan. Setelah beberapa menit, tampak dia mulai gelisah, wjahnya
memerah, tangannya mulai menarik dan meremas-remas kepalanya sendiri.
Terkadang bahkan turut menggenggam tanganku yang sedang berada di
payudaranya. Aku tak mengendurkan gerakanku, justru semakin kupercepat,
karena batangku sudah semakin panas, dan semakin berdenyut-denyut tanda
ejakulasi aka segera datang. Lalu tangan Vera berpindah ke bahuku,
mencengkeram dengan kuat, nafasnya memburu, mulutnya ternganga, dan
sekali lagi matanya terbalik ke atas, "Aaakhhh... Ahhh... Mas...Aku mau
keluar lagi... Ssshh..."
"Aku juga... Aku juga mau keluar nih, Ver..." di sela-sela nafasku yang ngos-ngosan. "Keluarin di dalem apa di luar, Ver?"
"Di dalem aja, Mas. Aku lagi gak subur kok... Kita keluar bareng-bareng ya Mas." pintanya.
Nafas
kami saling memburu, gerakanku semakin cepat yang disambut juga oleh
gerakan pinggul Vera yang turut memacu. Beberapa detik kemudian batangku
seperit dijepit dan diurut-urut di dalam sana. Terasa cairan hangat
menyembur dan melumurinya. Hal ini semakin membuat pertahananku jebol.
Akhirnya dorongan itu tak mampu kutahan lagi. Dan dengan satu sentakan,
kulepaskan beban itu, kusemburkan dan kupompa sekuat-kuatnya ke dalam
liang senggamanya. Kurasakan liang senggamanya banjir oleh cairan
milikku dan miliknya sendiri. Bahkan sempat kulihat sebagian sampai
mengalir keluar dan membasahai sepreiku. Lalu aku pun limbung dengan
peluh bercucuran. Masih kusempatkan untuk mengecup bibir mungil itu
sebelum akhirnya aku tergeletak di sampingnya masih dengan nafas yang
tersengal-sengal. "Gila, kamu Mas. Luar biasa. Kamu udah bikin aku
multiorgasme. Sama Ricky yang ada juga dia yang duluan selesai. Jarang
sekali aku bisa mencapai orgasme bersamanya. Kamu bener-bener udah
membawaku ke langit ke tujuh."
"Ini adalah hal yang aku idam-idamkan selama ini, Ver. Kamu
selalu hadir di setiap fantasi dan imajinasiku." kataku masih dengan
nafas yang terengah-engah.
"Ih, dasar kamu ya. Otaknya ngeres melulu nih." katanya manja sambil mencubit putingku.
"Aduh... geli, Ver. Tapi yang lebih kuharapkan adalah kamu hadir
pula dalam kehidupanku, kehidupan nyata, kini dan hingga nanti." kataku
serius.
"Ah, Mas Dani..." dia tidak bisa berkata apa-apa lagi, dan hanya bisa memelukku. Kami pun akhirnya tidur bugil sambil berpelukan dan tersenyum bahagia. Tak terasa di luar hujan sudah mulai reda. Ah, aku tak peduli, yang terpenting aku di sini bersama orang yang aku cintai. Apakah ayahnya akan menyetujui atau tidak itu urusan nanti.
TAMAT???
TAMAT???
No comments:
Post a Comment