Monday, November 19, 2012

Cinta Terlarang Antara Aku dan Tuan Putri - 2

Lanjutan dari cerita sebelumnya

Dari bibir, lalu kutelusuri leher jenjang putih itu. Kusapu dengan lidahku dan kubikin sedikit cubitan kecil disana. Vera pun mendesah dan tampak begitu menikmati, sembari tangannya meremas dan mengacak-acak rambutku. Dari leher lalu mulai turun ke daerah dua bukit kembarnya. Amboi, indah sekali dengan ukuran 34 C itu. Begitu terasa kenyal dengan puting berwarna kecoklatan sudah tegak mengacung. Kutelusuri sisi-sisi dari payudaranya, dan sengaja tidak langsung ke putingnya supaya dia penasaran dan semakin terangsang. "Ah, Mas Dani... Hisap putingku, cepat... Rasanya geli sekali..." katanya memohon. Aku sengaja menyisakan dua tonjolan kecil itu untuk nanti. Lidahku pun turun menyusuri perutnya dan bermain-main di pusarnya. Dia menggeliat kegelian, "Ufh... Mas Dani... Geli... Ah..." kulirik matanya memejam tanda menikmati apa yang kulakukan. Aku pun segera melepas baju kemeja dan kaos dalamku. Karena tubuhku sudah merasa kegerahan.



Kusingkapkan rok abu-abu itu ke atas sampai ke pinggangnya. Kulihat celana dalam warna krem itu sudah sedikit basah di bagian tengahnya. Kuciumi paha putih mulus itu, sambil tanganku meremas-remas bongkahan pantat nan padat itu. Tangannya masih meremas-remas rambutku. aku pun bergerak sampai pangkal pahanya dan masih terus kusapu dengan lidah dan bibirku. Terkadang kugigit-gigit kecil di bagian paha bagian dalam dekat pangkal pahanya. "Oufhhh... Masss... Ssshh..." dia mendesah penuh kenikmatan.

Perlahan-lahan kulepaskan celana dalam yang sudah mulai basah itu. Kini dihadapanku terpampanglah sebuah pemandangan menakjubkan. Sebuah belahan daging berwarna merah dengan sedikit rambut halus di bagian luarnya. Ternyata Vera adalah gadis yang pandai merawat diri. Terlihat rambut kemaluan itu baru saja tumbuh tanda dia rajin mencukurnya. Di bagian tengahnya tampak sedikit berkilat-kilat karena sudah terlumuri cairan pelumas. Tak menunggu lama lagi, kukecup lalu lidahku bergerilya di area paling pribadinya. Kubelai dengan lidahku bagian bibir luarnya, lalu lidahku mulai merangsek ke dalam bibir dalamnya. Aroma khas yang semakin membakar gairahku. Kurasakan batangku di bawah sana sudah semakin menegang mencari pelampiasan.



Dari liang itu kuarahkan lidahku menuju muara dari bibir dalamnya yang berupa tonjolan kecil. Kuhisap dan kujilati tonjolan yang sudah semakin menegang itu. Dia pun semakin terangsang dan meracau, "Ssh.. Ahhh... Ayo Mas, Terus.... Auw, nikmat sekali..." Lalu jariku mulai menelusup menuju celah yang sudah basah itu. Perlahan-lahan kumasukkan jariku ke dalam liang senggamanya, dan kugerakan keluar masuk sembari lidahku menstimulasi klitorisnya. "Hufh..hufh... Mas... Gila... Ouch... Terus Mas..." dia terus meracau. Semantara itu, tangan kiriku terus mempermainkan payudaranya, dan kali ini aku sudah merambah bagian putingnya. Kupilin-pilin dan kutarik dengan lembut. Dia mulai menarik dan meremas-remas rambutnya sendiri. Melihat itu, lalu kutekuk sedikit ke atas jariku yang terbenam di dalam liang senggamanya agar dapat menyentuh G-spotnya. Dan Benar saja ketika jariku meraba permukaan yang sedikit kasar di dalam sana, tubuhnya mengejang, melengkung ke atas, bola matanya terbalik hingga yang nampak hanya putihnya saja. Tangannya menyambar rambutku dan kali ini meremas lebih keras. Pinggulnya diangkatnya ke atas seolah-olah ingin membenamkan lidah dan jariku lebih dalam lagi. Di dalam sana jariku terasa seperti diurut-urut dan terjepit sesuatu. "Aaaaakhhh... Masss... Ssshh... Aku keluar, Masss....!!!" dan beberapa saat kemudian jariku merasakan ada semburan cairan hangat yang akhirnya mengalir hingga pergelangan tanganku.

Kemudian tubuh Vera melemas dan lunglai. Kulirik wajahnya, matanya kini sayu dengan nafas yang terengah-engah. Kucabut jariku dari kemaluannya, lalu kusodorkan ke mulutnya. Tanpa basa-basi dia segera menjilati dan mengisap jariku yang penuh dengan cairan kenikmatannya. Lalu dengan gemasnya kuciumi bibirnya, dan kami pun kembali berpagut. Batangku yang sudah mengeras sejak tadi belum mendapatkan pelampiasan. Vera pun seolah mengerti, dia lalu dengan cekatan melepas celana panjangku. Tampak membayang dibalik celana dalamku sebuah batang yang mengeras hampir menyentuh pusarku. Vera tampak sedikit terkejut, melihat pemandangan ini. Aku penasaran, bukankah dia sudah melakukannya dengan Ricky beberapa kali, namun mengapa masih merasa heran. Apakah karena ukuranku yang lebih besar atau justru lebih kecil dari punya Ricky? Lalu dia pun segera melepas celana dalamku. Kini tampaklah batangku menyembul dan mengacung dengan gagah perkasa.

"Gila, Mas. Ternyata punyamu lebih besar dari punya Ricky. Aku sampai kaget melihatnya." gumamnya keheranan. Aku merasa bangga karena ternyata punyaku lebih besar. Kedua tangan Vera kemudian menggenggam dan bergerak naik turun. Tak berapa lama, batangku sudah tenggelam ke dalam mulutnya yang imut itu. Dia mulai mengulum, menjilat dan menghisap batangku. Rasanya sungguh luar biasa. Membuatku melayang dan terbang menuju gerbang kenikmatan. "Oh... Ver... Nikmat sekali... Kamu pinter ya... Iya terus..."



Aku tak mau tinggal diam. Aku segera berbaring di sofa dan kutarik pinggulnya agar berada di atas wajahku. Diapun dengan posisi merangkak sudah berada di atas tubuhku. Dia kemudian melanjutkan kegiatannya dengan batangku, sementara itu di depanku terpampang bongkahan pantat yang putih dan padat. Segera saja kuciumi, dan kugigit kecil. Lalu aku menuju ke liang kenikmatannya kembali. Kulihat dia sudah terangsang kembali, karena di sana sudah tampak sangat basah oleh cairan pelumas. Tak menunggu lama, aku kembali bergerilya di daerah kewanitaannya. Kugunakan lagi jariku. Kali ini lidah ku yang mengeksplorasi liang kenikmatannya sedangkan ibu jariku terus mengelus-elus klitorisnya. "Awh... Mas... Geli.... tapi jangan berhenti ya... Sshhh... terus... Mmh..." dia menggumam sambil kembali mengulum batang kemaluanku.
 


Gerakan lidahku semakin cepat, ibu jari dan telunjukku menarik dan memilin kecil daerah klitorisnya. Hal ini kembali memacu gairahnya. Pinggulnya bergoyang megikuti irama lidahku. Lalu beberapa saat kemudian tubuhnya kembali mengejang, dan dari dalam liang kewanitaannya menyemburkan kembali cairan kenikmatan itu. Hanya kali ini tepat mengenai wajahku. Rasanya hangat dengan aroma yang khas. "Akkhhh... akkkuu keluarr lagi, Mas... Ssshhh... aaachhh." Tubuhnya kini ambruk dan berada di atasku. Lalu kubalikkan tubuhnya yang saat ini hanya mengenakan rok abu-abu yang tersingkap sepinggang. Dengan perlahan kuturunkan rok itu, hingga kini tampaklah dia dalam keadaan telanjang bulat tanpa busana dan tergolek lemah tak berdaya. Kuangkat dan kubopong dia menuju kamar depan. Vera lalu kutidurkan di tepi ranjang. Gairahku sudah memuncak, dan batang ini harus segera dijinakkan. Dengan tanganku lalu kugosok-gosokkan kepala kemaluanku di permukaan kewanitaannya yang sudah banjir itu secara perlahan.

Dia menggeliat kegelian, namun birahinya akhirnya lebih menguasainya. Dibukanya paha itu lebih lebar, dan dengan hati-hati kudorong kemaluanku ke dalam liang senggamanya. Rasanya masih sempit sekali. Setelah beberapa saat akhirnya seluruh batangku terbenam seluruhnya ke dalam miliknya. "Huuufhh... punyamu besar sekali sih Mas. Punya Ricky aja gak segede ini. Rasanya penuh banget di dalam punyaku. Gerakinnya pelan-pelan ya Mas. Takut sakit." katanya memohon.

Aku pun menuruti permintaannya. Kugerakkan hati-hati, kutarik sampai batas kepala, lalu kebenamkan dengan perlahan. Seiring gerakanku, Vera terus mendesah, seolah-olah menikmati setiap gerakan yang kubuat. "Sssh...Ahh...Ssshhh...Ahhhh..."

Dengan penuh nafsu, akhirnya kulumat bibir yang terus mendesah dan melenguh itu. Lidah kami pun saling bergumul lagi. Dari bibirnya lalu aku bergerak ke payudaranya. Putingnya yang sudah keras itu kuciumi, kuhisap, dan bahkan kugigit-gigit kecil. Dia pun menggelinjang dan terus meremas-remas rambutku. Di bawah sana kurasakan gerakanku sudah semakin mudah, mungkin karena cairan pelumas yang keluar seiring semakin tingginya birahi yang dirasakan Vera saat ini. Gerakanku semakin cepat dan penuh tenaga. Tak puas, lalu kuangkat kedua kaki Vera dan kuletakkan di atas pundakku. Sehingga penetrasiku menjadi semakin dalam. "Aawww.... Mas... Ssshh... Ahh..."



Sementara itu tanganku kali ini bergerilya di payudaranya, meremas, dan memilin-milin putingnya. aku tak peduli ketika bunyi kecipak yang dihasilkan dari beradunya pahaku dan pantatnya memenuhi ruangan. Setelah beberapa menit, tampak dia mulai gelisah, wjahnya memerah, tangannya mulai menarik dan meremas-remas kepalanya sendiri. Terkadang bahkan turut menggenggam tanganku yang sedang berada di payudaranya. Aku tak mengendurkan gerakanku, justru semakin kupercepat, karena batangku sudah semakin panas, dan semakin berdenyut-denyut tanda ejakulasi aka segera datang. Lalu tangan Vera berpindah ke bahuku, mencengkeram dengan kuat, nafasnya memburu, mulutnya ternganga, dan sekali lagi matanya terbalik ke atas, "Aaakhhh... Ahhh... Mas...Aku mau keluar lagi... Ssshh..."

"Aku juga... Aku juga mau keluar nih, Ver..." di sela-sela nafasku yang ngos-ngosan. "Keluarin di dalem apa di luar, Ver?"

"Di dalem aja, Mas. Aku lagi gak subur kok... Kita keluar bareng-bareng ya Mas." pintanya.

Nafas kami saling memburu, gerakanku semakin cepat yang disambut juga oleh gerakan pinggul Vera yang turut memacu. Beberapa detik kemudian batangku seperit dijepit dan diurut-urut di dalam sana. Terasa cairan hangat menyembur dan melumurinya. Hal ini semakin membuat pertahananku jebol. Akhirnya dorongan itu tak mampu kutahan lagi. Dan dengan satu sentakan, kulepaskan beban itu, kusemburkan dan kupompa sekuat-kuatnya ke dalam liang senggamanya. Kurasakan liang senggamanya banjir oleh cairan milikku dan miliknya sendiri. Bahkan sempat kulihat sebagian sampai mengalir keluar  dan membasahai sepreiku. Lalu aku pun limbung dengan peluh bercucuran. Masih kusempatkan untuk mengecup bibir mungil itu sebelum akhirnya aku tergeletak di sampingnya masih dengan nafas yang tersengal-sengal. "Gila, kamu Mas. Luar biasa. Kamu udah bikin aku multiorgasme. Sama Ricky yang ada juga dia yang duluan selesai. Jarang sekali aku bisa mencapai orgasme bersamanya. Kamu bener-bener udah membawaku ke langit ke tujuh."



"Ini adalah hal yang aku idam-idamkan selama ini, Ver. Kamu selalu hadir di setiap fantasi dan imajinasiku." kataku masih dengan nafas yang terengah-engah.

"Ih, dasar kamu ya. Otaknya ngeres melulu nih." katanya manja sambil mencubit putingku.

"Aduh... geli, Ver. Tapi yang lebih kuharapkan adalah kamu hadir pula dalam kehidupanku, kehidupan nyata, kini dan hingga nanti." kataku serius.

"Ah, Mas Dani..." dia tidak bisa berkata apa-apa lagi, dan hanya bisa memelukku. Kami pun akhirnya tidur bugil sambil berpelukan dan tersenyum bahagia. Tak terasa di luar hujan sudah mulai reda. Ah, aku tak peduli, yang terpenting aku di sini bersama orang yang aku cintai. Apakah ayahnya akan menyetujui atau tidak itu urusan nanti.

TAMAT???

No comments:

Post a Comment