Monday, November 19, 2012

Cinta Terlarang Antara Aku dan Tuan Putri - 2

Lanjutan dari cerita sebelumnya

Dari bibir, lalu kutelusuri leher jenjang putih itu. Kusapu dengan lidahku dan kubikin sedikit cubitan kecil disana. Vera pun mendesah dan tampak begitu menikmati, sembari tangannya meremas dan mengacak-acak rambutku. Dari leher lalu mulai turun ke daerah dua bukit kembarnya. Amboi, indah sekali dengan ukuran 34 C itu. Begitu terasa kenyal dengan puting berwarna kecoklatan sudah tegak mengacung. Kutelusuri sisi-sisi dari payudaranya, dan sengaja tidak langsung ke putingnya supaya dia penasaran dan semakin terangsang. "Ah, Mas Dani... Hisap putingku, cepat... Rasanya geli sekali..." katanya memohon. Aku sengaja menyisakan dua tonjolan kecil itu untuk nanti. Lidahku pun turun menyusuri perutnya dan bermain-main di pusarnya. Dia menggeliat kegelian, "Ufh... Mas Dani... Geli... Ah..." kulirik matanya memejam tanda menikmati apa yang kulakukan. Aku pun segera melepas baju kemeja dan kaos dalamku. Karena tubuhku sudah merasa kegerahan.



Kusingkapkan rok abu-abu itu ke atas sampai ke pinggangnya. Kulihat celana dalam warna krem itu sudah sedikit basah di bagian tengahnya. Kuciumi paha putih mulus itu, sambil tanganku meremas-remas bongkahan pantat nan padat itu. Tangannya masih meremas-remas rambutku. aku pun bergerak sampai pangkal pahanya dan masih terus kusapu dengan lidah dan bibirku. Terkadang kugigit-gigit kecil di bagian paha bagian dalam dekat pangkal pahanya. "Oufhhh... Masss... Ssshh..." dia mendesah penuh kenikmatan.

Perlahan-lahan kulepaskan celana dalam yang sudah mulai basah itu. Kini dihadapanku terpampanglah sebuah pemandangan menakjubkan. Sebuah belahan daging berwarna merah dengan sedikit rambut halus di bagian luarnya. Ternyata Vera adalah gadis yang pandai merawat diri. Terlihat rambut kemaluan itu baru saja tumbuh tanda dia rajin mencukurnya. Di bagian tengahnya tampak sedikit berkilat-kilat karena sudah terlumuri cairan pelumas. Tak menunggu lama lagi, kukecup lalu lidahku bergerilya di area paling pribadinya. Kubelai dengan lidahku bagian bibir luarnya, lalu lidahku mulai merangsek ke dalam bibir dalamnya. Aroma khas yang semakin membakar gairahku. Kurasakan batangku di bawah sana sudah semakin menegang mencari pelampiasan.

Sunday, November 18, 2012

Cinta Terlarang Antara Aku dan Tuan Putri - 1

"Dan, lo dipanggil bos tuh." celetuk Rony memecahkan konsentrasiku.

"Serius, Ron? Mo ngapain sih? Aduh laporan gue belom kelar nih. Mampus deh gue." gerutuku.

"Iya, beneran. Masa gue bohong sih. Udah cepetan, udah ditungguin lo!" kata Rony mulai kesal.

Akhirnya dengan langkah gontai aku menuju ruangan bosku. Aku saat ini bekerja di sebuah perusahaan finance dan sedang menyusun laporan keuangan bulanan. Aku sangat khawatir jika bosku menanyakan laporan itu, karena belum selesai kukerjakan. Akhirnya dengan tampang memelas aku memasuki ruangan itu. "Permisi, Pak. Bapak memanggil saya?"

"Hei, Dan. Silahkan masuk. Ayo duduk dulu. Oya dan jangan lupa tolong tutup kembali pintunya." kata bosku, Pak Ramelan Sukmajaya, pemilik perusahaan ini. Dia begitu berwibawa dan semua orang di perusahaan ini sangat menghormatinya. Waktu aku masuk dia sedang membaca kertas-kertas laporan yang menumpuk di mejanya. Aku membatin, mampuslah aku jika dia menanyakan laporan itu.

"Kamu lagi sibuk gak hari ini?" tanyanya langsung.

"Mmm, saya sedang mengerjakan laporan untuk cabang kita yang ada di Bogor, Pak. Dan maaf belum selesai sampai hari ini." kataku dengan nada penuh penyesalan.

"Ah, kalo itu mah bisa menyusul. Begini, aku butuh bantuanmu. Tapi ini bukan masalah kantor. Apakah kamu keberatan?' tanyanya sambil menatap tajam ke arahku dari balik kaca matanya.

"Oh, tidak Pak. Sama sekali tidak." kataku dengan segera. Khawatir jika menolak, karirku di perusahaan ini bisa terancam. Apalagi dia adalah pemilik perusahaan ini. Bisa dengan mudahnya mendepak pegawai kecil seperti aku ini.

"Hari ini sopirku sedang sakit. Biasanya dia yang menjemput anakku dari sekolah. Nah, aku minta tolong hari ini kamu jemput dia di sekolah. Kamu pakai saja mobil kantor, supaya dia tahu kalo kamu adalah pegawaiku. Nanti antar saja kemanapun dia mau. Kadang-kadang pulang sekolah dia ada kegiatan di tempat lain."

"Oh, baik, Pak. Oh ya nama anak Bapak siapa ya? Maaf, saya belum pernah tahu." tanyaku hati-hati.

"Namanya Veronica. Panggilannya Vera. Ini dia fotonya waktu masih SMP." jawabnya sambil menyodorkan selembar foto keluarga yang dia selipkan di dompetnya. Aku mencoba mengingat-ingat wajah itu.

"Maaf, Pak. Lalu untuk laporan saya yang belum selesai bagaimana ya? Jadinya mungkin agak molor. Apakah tidak apa-apa?" aku masih kepikiran tugasku yang belum selesai.

"Tenang aja kalo untuk masalah itu. Pasti nanti aku kasih toleransi. Yang penting hari ini kamu jemput Vera, ya?" fiuuh... aku lega mendengar jawaban itu. Karena hari ini aku moodku juga sedang tidak bagus untuk menyusun laporan itu. Otakku serasa buntu. Makanya tugas dari bos ini kuanggap penyegaran. Apalagi kalau dilihat dari fotonya anak bos tergolong cantik. Foto itu adalah saat dia masih SMP, aku tidak membayangkan betapa cantiknya dia sekarang.

"Baik, Pak. Kalau begitu saya mohon diri. Untuk bersiap-siap dan meminjam mobil ke bagian rumah tangga." kataku sekalian monon ijin.

"Ya, silahkan. Hati-hati bawa mobilnya, ya." katanya mengingatkan.

"Baik, Pak." jawabku mantab.

*****

Jam 2 siang, kulihat anak-anak berseragam abu-abu putih sudah mulai merhamburan keluar pagar. Aku mencoba mengamati mereka dari kaca spion dan mencari wajah yang ada di foto Pak Ramelan. Aku sengaja menunggu agak jauh dari gerbang dan di dalam mobil. Agak tidak pede rasanya ketika berada di antara anak-anak ABG itu.

Saat aku sedang asyik mengamati, tiba-tiba kaca mobil sebelah kanan diketuk dari luar. Dan betapa terkejutnya aku ternyata di sebelah pintu kanan mobil sudah berdiri sesosok gadis dengan rambut sepinggang dipotong model shaggy. Kulitnya putih dengan wajah manis khas Sunda, hidung bangir dan bibir mungil menambah kesempurnaan ciptaan Tuhan ini. Sesaat aku terpana, dan jika dia tidak mengetuk kaca mobil sekali lagi mungkin aku masih melongo. Segera kuturunkan kaca depan.


"Mas ini yang disuruh Papa untuk ngejemput aku ya?" tanyanya.

"Eh, anu... Iya... Ini Non Vera ya?" jawabku gelagapan karena terkaget dari lamunanku.

"Idih, kok panik gitu sih, Mas. Iya, aku Vera. Panggil aja Vera gak usah pake 'Non'." katanya sambil tersenyum. Alamak, manis sekali senyumnya. Membuat jantung ini serasa berhenti berdetak, dan dunia seolah lambat berputar.

"Eh, baik, Non, eh, maksud saya Vera. Ayo silahkan masuk kalo gitu." kataku sambil membuka pintu sebelah kiri untuknya. Dia lalu berjalan melintasi bagian depan mobil ke arah sisi kiri. Ketika kulihat dari samping, amboi! Tak hanya wajahnya saja yang manis, tubuhnya pun terlihat sempurna dengan dua bukit di bagian atas yang tampak menonjol di balik baju putihnya dan bongkahan pantat yang padat terbalut rok abu-abu. Diam-diam aku jadi mengaguminya, baru kali ini aku melihat gadis sesempurna itu.

Wednesday, October 24, 2012

Sex is My Gym

Kulirik arloji di tangan kiriku, waktu menunjukkan pukul 20.35. Berarti mungkin sampai kontrakan aku sudah tidak sempat mengerjakan tugas kuliahku dulu. Session aerobic hari ini molor sampai setengah jam. Memang tidak mudah menjadi seorang mahasiswi sekaligus seorang instruktur senam.  Aku harus pandai membagi waktu antara kuliah dan bekerja. Di satu sisi aku harus mengejar agar kuliahku dapat selesai pada waktunya, namun di sisi lain aku juga harus tetap memenuhi kewajibanku sebagai instruktur aerobik demi mendapatkan uang untuk kebutuhanku sehari-hari. Biaya kontrakan di daerah Bekasi juga tidak murah, karena aku memilih kontrakan yang nyaman dan berfasilitas lengkap. 

Betapa terkejutnya aku ketika kuperiksa ke dalam tas ternyata hape dan paper tugas kuliahku tidak ada. Sepertinya tertinggal di tempat fitness. Mau tidak mau akhirnya kuminta supir taksi itu untuk putar balik ke tempat semula. Tak berapa lama sampailah aku di sebuah fitness center di bilangan Jakarta Timur. Karena aku juga belum yakin apakah barangku tertinggal di dalam, akhirnya kubayar taksi itu dan tidak kusuruh menunggu. Kulihat lampu masih menyala, ah, berarti masih ada orang di dalam. Aku pun segera bergegas masuk. Ternyata di dalam masih ada Ivan salah seorang instruktur untuk bodybuilder. Menurutku dia cukup tampan dengan body yang ideal. Tidak terlalu besar namun padat dengan otot yang menonjol di sana sini. Perut yang sixpack itu tentu akan membuat gadis mana pun bertekuk lutut. Aku sendiri sangat kagum terhadap dirinya, terhadap kemampuannya menjaga kebugaran tubuhnya. Tidak jarang sosok Ivan menghiasi fantasi-fantasi liarku. Saat ini kulihat dia sedang berlatih bench press, yaitu sebuah alat latihan yang digunakan untuk membentuk otot dada.

"Hai, Van. Belum pulang nih? Widih, masih latihan aja nih." sapaku saat memasuki ruangan. Ruangan di fitness center tempat aku bekerja terbagi menjadi dua, yang satu untuk latihan aerobik, tempatnya lebih di dalam dan satu lagi untuk latihan beban yang letaknya lebih di luar. Seluruh ruangan dipasangi cermin sehingga kami dapat melihat pantulan diri kami dari segala sisi.

"Oh, hai, Ren. Lho kok balik lagi? Bukannya tadi lo udah balik ya? Kalo gue sih lagi dapet shift malem, jadi ntar sekalian nutup pintu depan." jawabnya sambil menyeka keringat di tubuhnya. Dia memakai kaos singlet yang sangat mengekspos otot-otot di lengan dan dadanya. Lututku hampir lemas saat melintas di depannya. Entah hanya perasaanku saja atau saat ini dia memang sedang memandangku namun tidak seperti biasanya. Tatapannya seolah sedang menelusuri setiap lekuk tubuhku. Memang saat ini aku hanya memakai kaos tanktop warna pink yang lumayan ketat sehingga menonjolkan setiap lekukan tubuhku. Payudaraku sedikit di atas rata-rata, dengan ukuran 34 C cukup membuat kaum adam terhipnotis. Selain itu aku memakai celana pensil yang menempel ketat sehingga menampilkan bentuk pantatku yang indah membulat akibat efek dari latihan aerobik yang kujalani.


"Iya nih Van, kayanya hape dan tugas kuliah gue ketinggalan deh. Makanya gue balik lagi. Mudah-mudahan sih masih ada di sini. Seinget gue tadi udah gue siapin deket tas, eh pas gue cek di taksi ternyata gak ada."

"Ya udah coba lo cari dulu, mudah-mudahan sih ketemu. Bisa berabe kalo hape ilang. Eh, gue persiapan nutup pintu depan dulu ya." katanya sambil ngeloyor pergi ke depan.

Setelah kucari kesana kemari, ternyata map berisi tugas kuliah dan hapeku terselip di loker bagian bawah. Saat aku sedang mengambil map dan hape itu, ada suara berdehem, dan aku pun mendongak dengan posisi tubuh masih merangkak.

"Ehm, Ren, lo tau gak? Ternyata lo tuh punya asset yang luar biasa. Gue selalu ngebayangin gimana ya rasanya..." Ivan sudah bersandar di pintu pembatas antara ruang aerobik dan bodybuilder. Sial! sepertinya dia sudah berdiri cukup lama di situ. Dan lebih sial lagi dengan posisiku saat ini berarti buah dadaku terlihat sangat menggantung dan akan membuat lelaki manapun tergoda.


Wednesday, October 3, 2012

Kos Asmara - 2


Sebelumnya...

Suatu malam saat aku sedang di kamar mengerjakan tugas gambar teknikku, terdengar suara Bu Susy memanggil-manggil, “Mas Randy, bisa minta tolong sebentar gak ya?”

“Ya, Bu. Ada apa?” jawabku sambil melongok ke luar kamar.

“Itu lampu kamar tidur saya mati, mungkin putus bohlamnya kali ya? Bisa minta tolong gantiin gak, Mas? Habisnya saya takut kalau masalah setrum gitu.” Katanya mengiba.

“Oh, baiklah Bu. Ibu sudah punya lampu penggantinya atau belum?” tanyaku.

Ada, saya sudah biasa menyimpan lampu cadangan. Ini  lampunya.” jawabnya sambil menyodorkan sebuah lampu TL kepadaku.

Akhirnya kami berdua menuju kamar tidurnya. Hmm, harum aroma bunga memenuhi kamar tersebut. Kamarnya lumayan luas dengan Spring Bed di sudut ruangan dan lemari pakaian dari kayu di sudut satunya lagi. Ternyata dia sudah menyiapkan bangku sebagai alat bantu untuk mengganti lampunya tersebut. Dengan temaram cahaya lampu dari ruang tengah, akhirnya aku berhasil menggantikan lampu yang sudah mati tersebut dengan lampu yang baru. Dan akhirnya, byar, ruangan kamar tidur itu menjadi terang. Aku masih berdiri di atas bangku, dan baru menyadari pemandangan indah di bawah sana.

Dari atas tampak jelas sekali belahan yang dia miliki, dan yang mengejutkanku adalah bahwa saat ini dia tidak menggunakan bra entah karena lupa atau karena biasa. Gaun tidur putih yang dikenakannya cukup tipis utuk menerawang apa yang ada di balik itu. Dua bukit kembar itu masih berdiri tegak menantang di bawah sana membuat naluri kelelakianku bergejolak. Dan sialnya, saat itu aku hanya memakai celana pendek tanpa celana dalam. Kemaluanku tidak dapat dibohongi, melihat pemandangan yang indah itupun membuatnya menggeliat, dan aku yakin Bu Susy pun pasti menyadari itu. Aku bingung, panik, malu, dan tidak tahu harus bagaimana.

“Mas, ayo turun. Kok malah melamun? Hayo lagi melamun apa itu?” suaranya mengagetkanku.

Sensasi Gadis Pantura 2



Kamar itu tidak terlalu besar dengan penerangan sebuah lampu kecil yang memberikan sensasi remang-remang. Di tengahnya terdapai dipan yang tertutup oleh kasur dan dilapisi seprai. Disudut ruangan ada meja dan bangku kecil yang didepannya tergantung sebuah kaca. Menurutku kamar ini cukup bersih dan nyaman. Ketika masuk ke dalamnya aku disambut oleh wangi aroma yang aku juga tidak tahu pasti apa itu. Tapi aroma itu telah membuatku rileks dan nyaman.

Ketika aku masih termangu melihat keadaan sekeliling, suara Santi yang lembut mengejutkanku.

"Ayo atuh A', jadi pijit ga? Kok malah bengong di pintu aja?"

"Eh, iya ya... Oke... Oke..." aku pun segera mengambil posisi di tempat tidur.

"Bajunya dibuka dulu atuh A'. Masa pijit masih pake baju begitu." kata Santi dengan manja.

Ya, tentu saja. Betapa bodohnya aku, apa yang akan dipijit jika aku masih mengenakan bajuku? Segera saja kulepas kemeja dan kaos dalamku, kemudian dengan telaten tanpa perlu disuruh Santi mengambil lalu menggantungkannya di balik pintu yang telah ia tutup sebelumnya.

"Punten A', celana panjangnya dilepas juga atuh. Nanti Santi susah mijitnya kalo masih pake celana begitu."

Wow, aku kaget. Masalahnya aku hanya menggunakan boxer di balik celana panjangku. Masih ada sedikit rasa risih untuk hanya mengenakan boxer di depan gadis manis yang belum aku kenal ini. Namun saat aku menatap wajah manis nan sensual serta melirik sedikit ke bawah lehernya di mana tergantung dua buah gundukan padat serta berisi itu, akal sehatku terkalahkan. Akhirnya kulepas juga celana panjangku dengan dibantu olehnya.

Dia pun mulai memijit ringan dari mulai bawah kakiku. Dia mengendurkan otot-otot kakiku yag sudah pegal karena menginjak pedal seharian. Dari kaki, dia beralih ke leher kemudian turun menuju punggung. Tanganku pun tak lupa ia relaksasi.

"Wah, si Aa' ototnya pada kaku semua ya? Pasti pegel-pegel semua ya A'?" tanyanya lembut.

"Iya nih, habis nyetir seharian. Jadinya pada kaku semua."

"Tenang aja A', serahkan sama Santi pasti semuanya akan beres." jawabnya menggoda.

Dia lalu menuangkan sedikit lotion di tangannya lalu dia balurkan ke punggung dan mulai mengurutnya. Ah, nyaman sekali rasanya ketika tangan mungil nan halus itu mulai menyapu punggungku dari atas sampai hampir pada bokongku. Penat yang dari tadi pagi kurasakan seolah perlahan-lahan mulai sirna.

Selesai dengan punggung, dia lanjutkan dengan kakiku. Dia mulai mengurut otot kaki bagian bawah. Dari telapak kaki dia mulai bergerak ke atas menuju paha. Ketika mengurut pada pangkal pahaku, entah sengaja atau tidak sesekali dia menyentuh kedua bolaku. Aku pun sedikit terkejut, namun sepertinya dia menanggapinya dengan biasa.

“A’, ayo coba balik badan, saya mau mengurut leher dan bagian depan Aa’.” dia memintaku penuh kelembutan. Aku pun segera menurutinya, kubalik badanku sehingga sekarang dalam posisi berbaring. Dia mulai mengusapi badanku dengan lotion. Saat itu baru kusadari bahwa dia sangat manis, dengan payudara yang bergoyang-goyang saat dia mengusap badanku dengan lotion. Tiba-tiba tanpa diduga dia duduk diatas perutku, dan mulai mengurut leherku. Bagiku berat tubuhnya bukan masalah, namun sensasi yang kurasakan itu lumayan meresahkanku, mengingat aku belum pernah melakukan hal ini dengan wanita lain. Tapi aku hanya diam saja dan menikmati keadaaan ini. Mataku tak lepas dari dua buah bukit kembar yang sedari tadi bergoyang-goyang menantang, dan tampaknya dia mulai menyadari kalau aku memperhatikannya. Bukannya risih namun dia malah mengambil tanganku, mengurutnya, sambil menempelkan punggung tanganku ke dadanya. Wow, kurasakan sesuatu yang masih kenyal dan kencang di sana, dan hal itu memicu hormon testosteronku meroket. Kemaluanku yang dari tadi sudah setengah menegang menjadi full erection. Selesai mengurut tangan kananku, dia pun melanjutkan dengan tangan kiriku dan masih dengan cara yang sama.

Tanpa sadar tangan kananku mulai memegang-megang sambil sedikit meremas payudara yang masih padat itu. “Ih, Aa’ nakal deh. Kenapa atuh A’? Suka ya?” jawabnya nakal.

“Aku gemes banget ngeliatnya. Masih bagus banget ya? Boleh lihat ga? Aku penasaran nih.” entah setan mana yang merasukiku hingga aku berani berkata demikian. Sepertinya urat maluku sudah putus. Tanpa kuduga, dia pun segera melepas tank top-nya, sehingga kali ini kulihat dengan jelas dua bukit kembar itu bergantung dekat sekali dengan wajahku. Tanganku pun segera menangkapnya, bermain-main, serta memilin-milin lembut puting yang masih terbilang kecil itu. Perlahan namun pasti puting kecil yang berwarna coklat kehitaman itu pun mengeras, dan payudara yang masih ranum itu mulai mengencang.


Saturday, September 29, 2012

Kos Asmara - 1


Masa kuliah adalah masa-masa yang paling menyenangkan bagiku. Di masa itulah aku seolah menemukan jati diriku yang sebenarnya, mendapat kesempatan berekspresi, serta memiliki pengalaman indah di dalam soal asmara. Sebagai mahasiswa teknik, penampilanku tentunya tidaklah terlalu rapi kecuali aku memiliki badan yang cukup bagus karena tergabung di dalam club basket kampus.

Bukannya sombong tapi tidak sedikit gadis yang menaruh perhatiannya padaku. Namun memang dasarnya aku ini adalah seseorang yang terlalu polos, maka perhatian mereka pun hanya aku anggap sebagai hal yang biasa dalam hubungan pertemanan.

Yang tidak aku duga adalah bahwa aku mendapat pengalaman pertamaku justru bukan dengan teman sebayaku, melainkan ibu kosku. Ya, ibu kosku.

Cerita berawal ketika aku mulai menginjakkan kaki di kota ini untuk menuntut ilmu. Jauh dari orang tua membuatku harus mandiri serta melatihku untuk menjadi sosok pribadi yang lebih dewasa. Seperti biasa, hal yang dilakukan mahasiswa baru adalah mencari kos-kosan. Setelah beberapa hari melakukan survei dan berjalan dari komplek ke komplek, akhirnya aku menjatuhkan pilihan pada sebuah rumah. Rumah itu tidak terlalu besar dan sebenarnya lebih patut disebut sebagai rumah tinggal biasa. Namun papan di depan rumah itu mengatakan kalau rumah ini menerima kos pria.

“Permisi, apakah ada orang di rumah?” seruku di luar pagar.

“Ya, ada apa, Mas?” munculah seorang laki-laki  yang kira-kira berumur 40-an tahun dengan wajah ramah dan murah senyum sambil membuka pagar.

“Maaf, Pak. Apakah masih ada kamar kosong untuk kos-kosan?” tanyaku.

“Oh, ada Mas. Mari silahkan masuk kalau ingin melihat-lihat dulu.” Jawabnya sambil masih memasang muka ramah nan penuh senyum. Ciri khas orang Jawa sekali.

Akhirnya aku pun masuk ke dalam rumah itu sambil melihat-lihat kondisinya. Rumah itu memang rumah tinggal biasa, hanya saja dalamnya telah dibuat sekat yang memisahkan antara rumah induk dengan kamar-kamar yang dikoskan. Kamar mandi pun sudah terpisah antara penghuni rumah dan penghuni kos-kosan.

“Oh ya, nama bapak siapa ya?”

“Saya Sony, Mas. Kalau Mas siapa namanya? Ngambil jurusan apa, Mas?” laki-laki itu menjawab tanpa mengurangi sedikitpun keramahannya.

“Saya Randy, Pak. Saya mengambil jurusan Elektro. Sampai saat ini sudah berapa orang yang tinggal di sini, Pak?”

“Mas ini adalah pelanggan pertama kami sejak rumah ini kami putuskan untuk dijadikan kos-kosan.” Pak Sony menjawab sambil tersenyum lebar seraya menepuk-nepuk pundakku.

“Wah, suatu kehormatan bagi saya nih, Pak.”

Tiba-tiba dari salah satu kamar muncul seorang wanita yang berkulit putih, dengan rambut digelung ke atas sehingga memperlihatkan tengkuknya yang ditumbuhi rambut halus dan aku yakin akan membuat jakun setiap pria yang melihat naik turun. Dia mengenakan daster batik yang lumayan tipis sehingga bila terpapar sinar akan memberikan bayangan yang cukup jelas akan lekuk tubuhnya yang masih padat berisi. Wajahnya manis nan sensual, mirip sekali dengan Febby Lawrence, seorang artis panas yang ngetop di era 90-an.



Sensasi Gadis Pantura 1

Malam semakin pekat saat aku menempuh perjalanan pulang dari Pekalongan dengan mengendarai mobil kantor. Terpaksa aku menyetir sendiri karena bosku akhirnya memutuskan untuk tinggal beberapa hari di sana. Bosku saat ini sedang ingin mencoba membuka bisnis baru, yaitu bisnis batik. Konon katanya batik Pekalongan kualitasnya bagus dan harganya terjangkau. Makanya dia bela-belain tinggal di sana beberapa hari sambil mencari produsen batik yang bisa diajak kerja sama. Tadinya tugasku adalah mengawal kemanapun ia pergi. Namun karena dia memiliki saudara di sana, akhirnya aku disuruh pulang ke Jakarta.

Aku melirik jam, hmm masih jam 9 malam dan aku baru sampai Indramayu. Wah, sampai Jakarta jam berapa nih, pikirku. Mataku pun sudah tidak bersahabat, seperti dikasih lem. Dengan kondisi seperti ini kupikir tidak akan mungkin melanjutkan perjalanan sampai Jakarta, karena malah akan berbahaya. Kuputuskan harus mencari tempat istirahat. Lalu mobil pun mulai kupelankan, dan mataku mulai menyapu ke tepian jalan barangkali ada tempat istirahat atau rumah makan yang nyaman.

Kemudian mataku tertuju pada sebuah rumah (kupikir itu rumah makan) berdinding warna hijau toska dengan halaman yang agak luas dan ditutupi oleh rumput Jepang. Hmm, sepertinya tempatnya enak, ada tempat parkir mobilnya lagi. Aku pun segera membelokkan mobil dan kuparkir tepat di depan rumah itu. Di terasnya kulihat sedang duduk 4 orang wanita dengan pakaian yang cukup seksi. Aku masih belum berpikir yang aneh-aneh waktu itu. Yang terpenting bagiku saat ini adalah beristirahat dan melepas lelah setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh.

Saat aku berjalan ke arah teras, salah seorang dari mereka menghampiriku dengan gaya yang manja, "Cari apa, A'?"

Mataku yang sedari tadi sudah cukup mengantuk sontak saja langsung melebar lagi. Perempuan itu kira-kira berumur 35 tahunan mengenakan kaus ketat berbelahan dada rendah warna merah yang sepertinya sengaja untuk menonjolkan aset miliknya itu, dipadu dengan bawahan rok jeans pendek. Sekilas kulihat dua tonjolan di sana seperti terjepit ingin meronta keluar, dengan belahan yang masih indah di tengahnya. Kulitnya kuning langsat meskipun otot di bagian lengan sudah mulai sedikit mengendur.

Mandapati pemandangan seperti itu, aku menjadi tergagap-gagap, "Emmm.. anu... mmm, mau cari makan. Laper nih dari tadi siang belom makan. Sama mau istirahat dulu, pegel dari tadi nyetir melulu."

"Ayuk atuh, A'. Masuk dulu, di dalem masih ada makanan kok. Santai dulu aja A'. Kalo pegel-pegel, kita juga bisa mijitin kok." tangannya langsung menggandengku dan menempelkan payudaranya ke lenganku sembari tersenyum nakal. Ah, kurasakan sesuatu yang kenyal menjepit lenganku. Aku jadi menebak-nebak berapa ukuran bra nya. Bah, konyol sekali ngapain juga nebak-nebak, pikirku. Nikmati saja keadaan ini.
Bagai kerbau dicucuk hidungnya aku menurut. Saat berjalan ke dalam, mataku masih sempat melirik 3 orang lagi yang sedang duduk di teras. Gadis pertama berkulit sawo matang, tubuhnya langsing berumur sekitar 20 an tahun, memakai kaus you can see berwarna putih dan di luarnya memakai kemeja bermotif kotak-kotak dengan kancing bagian atas dibiarkan terbuka. Dia memakai celana jeans pendek yang sudah belel, alias banyak lubangnya. Wajahnya sih biasa-biasa saja, tapi kupikir senyumnya manis juga. Gadis yang kedua bertubuh agak chubby, rambutnya dia gelung ke atas menonjolkan nuansa tengkuknya yang putih itu. Memakai baju terusan bermotif batik dengan model babby doll. Sepertinya umurnya sekitar 28-30 tahun. Dia pun melemparkan senyuman kepadaku. Gadis yang ketiga, tubuhnya tidak terlalu gemuk namun padat berisi, memakai kaus tank top warna pink dan rok pendek bermotif bunga. Rambutnya sepunggung model shaggy dibiarkannya tergerai. Sempat kulirik, ada tonjolan kecil di dadanya, wah sepertinya dia tidak memakai BH. Tubuhnya putih mulus tanpa cela, dengan tonjolan yang nyaris sempurna, proporsional dengan