Saturday, March 15, 2014

Istriku Ngidam Threesome 2

Cerita Sebelumnya

KRIIING! Tiba-tiba telepon di meja kerjaku berdering memecah lamunan jorokku. "Hallo, selamat siang."

"Hallo, hei Mas. Kapan kamu bisa cuti? Aku udah dapet orangnya nih. Sekarang keputusan berada di tanganmu." ternyata istriku yang berbicara di seberang sana.

"Sebentar, sebentar, ini kita ngomongin apa ya? Aku masih belum nyambung nih." jawabku bingung.

"Itu tentang rencana kita mau main bertiga. Aku udah nemu orangnya nih. Pokoknya masalah waktu terserah kamu, Mas." sahutnya antusias.

Aku mulai ingat sekarang. Istriku yang sedang hamil ini memiliki ngidam yang cukup aneh. Dia ingin kami melakukan sex bertiga alias threesome. Awalnya aku cukup kaget dengan permintaannya itu, meskipun dalam hati aku bersorak kegirangan. Lelaki mana yang tidak senang bisa berhubungan sex dengan 2 wanita sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Wow, itu pasti menjadi fantasi setiap pria. Istriku menghendaki hal itu hanya dengan satu syarat mudah, partner yang diajak harus dia yang memilih. Aku sih ikut saja, toh mendapatkan kesempatan emas begini aku sudah senang sekali.

"Oh ya? Benarkah? Jadi siapakah dia? Apakah aku kenal orangnya?" tanyaku penasaran.

"Ada deh. Masih rahasia, pokoknya kamu kenal orangnya dan pasti tidak mengecewakan. Yang penting sekarang kamu harus segera mengajukan cuti, Mas." dia setengah menggoda.

"Oke, nanti aku akan segera mengurus cutiku, dan setelah itu kita akan party bertiga... " jawabku penuh semangat.

Singkat cerita, akhirnya aku segera mengurus cuti dan mengambil 3 hari dari 12 hari cuti yang tersisa. Aku sengaja mengambil cuti di hari Jumat, Senin, dan Selasa agar liburan kami benar-benar memuaskan. Aku dan istriku sepakat untuk menyewa sebuah cottage di Carita. Kami memilih suasana di tepi laut untuk menambah romantisme.

Hari yang dinanti pun tiba. Partner yang kami ajak tidak lain dan tidak bukan adalah si Wulan. Dia adalah teman kos istriku semasa kuliah. Aku pun mengenal Wulan dengan cukup baik. Satu yang berkesan darinya adalah dia memiliki payudara yang ukurannya di atas rata-rata. Dulu aku sering mengambil kesempatan ketika dia meminta bantuanku untuk mengantarnya menggunakan sepeda motor. Ketika membonceng, buah dada yang kenyal itu sering sekali menekan punggungku. Awalnya dia protes kenapa tas punggungku aku letakkan di dada, tapi aku beralasan, bahwa tas tersebut aku gunakan untuk pelindung dada dari terpaan angin. Padahal sih... (anda sudah tahu alasannya, lah...)

Wednesday, February 5, 2014

Jessica Kepergok Masturbasi

Ketika sedang asyik masturbasi, tanpa diduga kekasihnya datang. Awalnya Jessica merasa kikuk, namun ternyata pacarnya malah ikutan horny. Akhirnya mereka berdua larut dalam buai asmara. Mari kita lihat kisah selengkapnya...

Friday, January 31, 2014

Jaka Tarub XXX


Dahulu kala, di Desa Tarub, tinggal­lah seorang janda bernama Mbok Randa Tarub. Sejak suaminya me­­ninggal dunia, ia mengangkat seorang bo­­­cah laki-laki sebagai anaknya. Setelah dewa­sa, anak itu dipanggilnya Jaka Tarub.

Jaka Tarub anak yang baik. Tangannya ringan melakukan pekerjaan. Setiap hari, ia membantu Mbok Randha mengerjakan sawah ladangnya. Dari hasil sawah ladang itulah mereka hidup. Mbok Randha amat mengasihi Jaka Tarub seperti anaknya sendiri.

Waktu terus berlalu. Jaka Tarub ber­anjak dewasa. Wajahnya tampan, tingkah lakunya pun sopan. Untuk ukuran seorang pemuda, dapat dikatakan bahwa Jaka Tarub memiliki postur yang lumayan. Tubuhnya tinggi dengan badan yang tegap serta ototnya yang kekar karena terbiasa bekerja keras. Banyak gadis yang men­dambakan untuk menjadi istrinya. Na­mun Jaka Tarub belum ingin beristri. Ia ingin berbakti kepada Mbok Randha yang di­anggap­nya sebagai ibunya sendiri. Ia be­ker­ja se­makin tekun, sehingga hasil sawah ladang­nya melimpah. Mbok Randha yang pe­­murah akan membaginya dengan te­tang­ga­nya yang kekurangan. “Jaka Tarub, Anakku. Mbok lihat kamu sudah de­wasa. Sudah pantas meminang gadis. Lekaslah me­nikah, Simbok ingin menimang cucu,” kata Mbok Randha suatu hari.

“Tarub belum ingin, Mbok,” jawab Jaka Tarub.

“Tapi jika Simbok tiada kelak, siapa yang akan mengurusmu?” tanya Mbok Randha lagi.

“Sudahlah, Mbok. Semoga saja Sim­bok berumur panjang,” jawab Jaka Tarub singkat.

“Hari sudah siang, tetapi Simbok be­lum bangun. Kadingaren …,” gumam Jaka Tarub suatu pagi.

“Simbok sakit ya?” tanya Jaka Tarub meraba kening simboknya.

“Iya, Le,” jawab Mbok Randha lemah.

“Badan Simbok panas sekali,” kata Jaka Tarub cemas. Ia segera mencari daun dhadhap serep untuk mengompres simbok­nya. Namun rupanya umur Mbok Randha ha­nya sampai hari itu. Menjelang siang, Mbok Randha menghembuskan napas ter­akhirnya.

Sejak kepergian Mbok Randha untuk selamanya, Jaka Tarub sering melamun. Kini sawah ladang­nya terbengkalai. “Sia-sia aku bekerja. Un­­tuk siapa hasilnya?” demikian gumam Jaka Tarub. Tinggalah dia seorang diri di rumah itu.

Suatu malam, Jaka Tarub bermimpi me­makan daging rusa. Saat terbangun dari mimpinya, Jaka Tarub menjadi ber­se­­lera ingin makan daging rusa. Maka pagi itu, Jaka Tarub pergi ke hutan sambil mem­bawa busur dan anak panahnya. Ia ingin memanah rusa. Hingga siang ia berjalan, namun tak seekor rusa pun dijumpainya. Jangankan rusa, kancil pun tak ada. Padahal Jaka Tarub sudah masuk ke hutan yang jarang dijamah manusia. Ia kemudian duduk di bawah pohon dekat telaga melepas lelah. Angin sepoi-sepoi membuatnya tertidur.

Saturday, April 13, 2013

Tante-tanteku Yang Nakal - 1

Tante Vira adalah adik bungsu dari mamaku. Usia kami terpaut sekitar 4 tahun. Dari mulai SMA dia ikut keluarga kami dan sudah kuanggap kakakku sendiri. Dia termasuk cewek yang cantik dan sexy. Bahkan tak jarang dia hadir dalam fantasi-fantasi liarku. Entah kenapa aku merasa ada yang janggal dengan tanteku ini. Kejanggalan itu antara lain bahwa dia memiliki libido yang sangat besar. Hal ini sudah terlihat sejak dia baru masuk SMA, dan aku yang menjadi korbannya.

Kebetulan tante Vira memiliki teman dekat yakni tante Lina yang tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari rumah kami. Mereka bersahabat dekat sekali selain mereka adalah teman sekolah. Namun aku seringkali melihat kejanggalan dalam persahabatan mereka. Menurutku mereka bukan hanya dua orang sahabat, melainkan lebih mirip seperti sepasang kekasih. Kalau sedang berjalan tak jarang mereka bergandengan, berpelukan, bahkan aku pernah memergoki mereka berciuman di bibir. Tapi anehnya, masing-masing dari mereka memiliki pacar.

Siang itu sepulang sekolah, matahari bersinar dengan teriknya. Aku yang masih duduk di kelas 6 SD kebetulan dipulangkan lebih awal karena dewan guru akan ada rapat. Kukayuh sepedaku kuat-kuat agar segera sampai rumah. Sampai di rumah suasana masih sepi, wajar saja karena papa dan mama kedua-duanya bekerja dan pasti belum pulang di jam segini. Setelah kuparkirkan sepeda di garasi, aku segera menuju ruang tengah dan mengambil segelas air dingin dari kulkas. Fiuhh.... Segarnya. Sayup-sayup aku mendengar suara orang berbincang-bincang dari kamar depan tempat tante Vira tinggal. Perlahan-lahan aku menuju kamar tersebut. Ternyata pintunya tidak dikunci, dan di dalam kamar ada tante Vira dan tante Lina. Hei, kenapa mereka tidak di sekolah ya, pikirku. Apakah guru mereka juga sedang rapat?

Kudengar sayup-sayup suara orang mendesah-desah yang sepertinya berasal dari televisi di dalam kamar tante Vira. Yang membuatku tercengang adalah bahwa tante Vira dan tante Lina sudah dalam keadaan tidak memakai baju serta hanya memakai BH saja. Masih lekat dalam ingatan betapa indahnya payudara mereka. Tante Vira memiliki ukuran payudara yang lebih besar ketimbang tante Lina meskipun tubuhnya kurus. Sedang milik tante Lina sedikit lebih kecil, namun masih terlihat kencang. Aku yang saat itu masih polos hanya termangu menatap pemandangan seperti itu.

Tuesday, January 15, 2013

Puncak Nan Membara - 2

Cerita Sebelumnya...

“Ih, Mas Pandu nakal ah.” sahutku memanja.

Dia lalu melepas jilbabku sehingga tampaklah rambutku yang masih basah dengan panjang sepunggung. Mas Pandu kembali melumat bibirku dan dilanjutkan dengan menghujani leher, pundak dan telingaku dengan ciuman. Apa yang dilakukan Mas Pandu itu benar-benar membuatku kegelian sekaligus menjadi semakin terangsang. Tanganku dengan lihainya mulai melepas kaos yang tengah dikenakannya. Kini tampaklah di depanku dada bidang Mas Pandu yang selama ini selalu tertutup baju. Tubuhnya tampak atletis, dengan otot-otot yang tidak terlalu besar namun padat berisi membuat setiap wanita yang memandangnya akan luluh lantak tak berdaya. Kuberanikan untuk bermain-main di sekitar area putingnya, karena berdasarkan pengalaman dengan mantan-mantanku, daerah tersebut adalah area yang sangat sensitif untuk seorang pria.

Seperti dugaanku, dia tambah menggila. Dia semakin merapatkan tubuh bagian bawahnya kepadaku. Kurasakan ada sesuatu yang besar dan keras menganjal di bawah perutku. Rupanya dia juga sudah gemas, dengan penuh nafsu dia menyingkapkan baju tidurku ke atas dan langsung melepasnya. Kini aku hanya mengenakan bra dengan payudara yang seolah sudah ingin meloncat keluar dan celana dalam saja. Lalu aku pun melepas sarungnya, dan tampaklah Mas Pandu hanya mengenakan celana dalam saja. Terlihat celana dalam itu seperti tidak mampu menampung kemaluannya, karena selain bayangannya yang menonjol begitu besar, ujung kepalanya sampai mengintip dari dalam. Meskipun sedikit shock karena baru kali ini melihat penis yang begitu besar, namun syahwat justru telah mendorong rasa penasaranku untuk mencobanya.

Mas Pandu kini mulai menelusuri ke arah bawah leherku. Dia ciumi belahan dadaku yang masih terbungkus bra. Dia tidak segera melepas bra itu, namun justru terus bergerak ke arah perut. Dia terus menciumi, menjilat dan mengisap bahkan sampai ke daerah pangkal pahaku. Aku semakin terangsang dan terus mendesah karena kegelian sekaligus keenakan, “Ah, terus, Mas. Ah..ah..ah...”

Puncak Nan Membara - 1


Tak terasa sudah hampir 6 bulan sejak aku diterima bekerja di perusahaan ini. Perusahaan kami bergerak di bidang IT dan biasa menjadi penyedia di kantor-kantor pemerintahan maupun swasta. Setelah implementasi suatu project, biasanya dilanjutkan dengan pelaksanaan training. Dan seperti lazimnya kantor pemerintah, mereka selalu meminta agar pelaksanaan training dilakukan di luar kota supaya mereka bisa sekalian jalan-jalan.

Aku sendiri di bagian administrasi yang mengurusi berkas-berkas pendukung kelengkapan sebuah project. Ketika ada satu lembar berkas saja yang miss, maka habislah aku, dan jangan berharap dapat terus bekerja di sini lagi. Karena ketika bicara project, uang yang dimainkan tidak hanya ratusan ribu ataupun jutaan rupiah, melainkan hingga mencapai miliaran rupiah. Tapi selain mengurusi kelengkapan administrasi, biasanya aku juga diajak ketika pelaksanaan training. Aku juga disuruh menjadi panitia untuk membantu terlaksananya training agar dapat berjalan lancar. 


Oh ya, namaku Rani dan usiaku baru 24 tahun. Selepas kuliah, inilah pengalaman pertamaku dalam dunia pekerjaan. Aku sendiri memutuskan untuk memakai hijab semenjak kuliah hingga sekarang. Kata teman-teman, ternyata jilbab tidak menyembunyikan wajahku yang manis. Justru semakin membuat aura kecantikanku keluar. Ada alasan tersendiri mengapa aku memutuskan memakai hijab. Selain untuk menyamarkan bentuk payudaraku yang memang di atas rata-rata dengan ukuran 34 D, ada sebab lain yang mendorong aku memakai hijab.

Ketika SMA, aku termasuk cewek yang genit, ditambah dengan bentuk tubuhku yang ramping dengan payudara padat berisi membuat setiap cowok tergila-gila. Namun, aku tidak sampai melakukan hubungan badan dengan mereka. Bahkan dengan mantan pacarku pun aku hanya sebatas bercumbu, ciuman, dan petting saja. Aku selalu menolak kalau sampai diajak intercourse. Karena aku masih berprinsip, kesucianku ini akan aku persembahkan hanya untuk laki-laki yang menjadi pendamping hidupku. Meskipun jujur saja, hal itu cukup sulit kulakukan mengingat aku adalah seorang wanita yang mudah terangsang dan terbakar gairahnya. Untuk meredam hal itu, maka semenjak masuk bangku kuliah kuputuskan untuk memakai hijab. Dan kurasa hal itu cukup efektif, paling tidak sampai saat ini.

Aku termasuk beruntung karena di kantorku ini orang-orangnya cukup bersahabat dan saling membantu dalam hal pekerjaan. Tidak butuh waktu lama untuk membaur dengan mereka. Mereka pun cukup welcome ketika pertama kali aku datang ke kantor ini. Kini setelah 6 bulan berjalan, kami lebih seperti sebuah keluarga.

“Ran, akhir pekan besok kamu bantu si Pandu untuk training di daerah puncak ya.” tiba-tiba atasanku, Pak Ramli sudah berdiri di depan mejaku.

“Eh, i..iya, Pak. Sama siapa lagi, Pak?” jawabku agak tergagap karena tidak mengetahui dari kapan dia sudah berdiri di sana. Biasanya satu tim dari kami terdiri dari 3 sampai 5 orang.

“Kalian berdua saja, karena untuk segala perlengkapan dan akomodasi sudah ditanggung sama klien. Biasa, mereka dari pemerintahan dan ini sudah menjelang akhir tahun jadi kesempatan bagi mereka untuk menghabiskan anggaran.”

“Oh, baiklah kalo begitu, Pak. Nanti akan segera saya siapkan apa-apa saja yang diperlukan.” kataku mantab.

“Ah, kayanya gak terlalu banyak. Soalnya kali ini kita seperti tamu. Kita menjadi nara sumber, dan mereka yang menjamu kita. Jadi nanti bantu saja si Pandu, ya, kamu bisa menjadi asrot-nya lah. Karena nanti dia yang akan presentasi mengenai produk yang sudah diimplementasi di kantor mereka.” Pak Ramli menjelaskan.

“Baik, Pak.”

****

Tibalah hari yang dinanti. Sabtu pagi aku memang janjian sama Mas Pandu agak pagi di kantor. Kami putuskan untuk berangkat bersama dari kantor. Maklum, aku tidak terlalu mengerti daerah puncak, sedangkan Mas Pandu sudah biasa melanglang buana kemana-mana. Dia adalah salah satu trainer senior di perusahaan kami. Kadang aku merasa, dia lebih mirip katalog berjalan, karena tidak ada spek barang yang luput dari ingatannya.

“Hai, Ran. Udah lama nunggunya? Sori agak telat, gak tau nih, akhir pekan masih juga macet. Dasar Jakarta!” sapanya sambil ngedumel. Dia tampak menarik, dengan setelan celana jeans dan kaos Polo hitam yang menempel ketat di badannya yang atletis. Untung pakaianku juga tidak ancur-ancur amat. Aku memakai rok jeans yang kupadukan dengan kaus lengan panjang berwarna merah yang lumayan ketat sehingga payudaraku tampak membulat padat namun masih tersamar oleh jilbab pink yang kukenakan. 

Monday, November 19, 2012

Cinta Terlarang Antara Aku dan Tuan Putri - 2

Lanjutan dari cerita sebelumnya

Dari bibir, lalu kutelusuri leher jenjang putih itu. Kusapu dengan lidahku dan kubikin sedikit cubitan kecil disana. Vera pun mendesah dan tampak begitu menikmati, sembari tangannya meremas dan mengacak-acak rambutku. Dari leher lalu mulai turun ke daerah dua bukit kembarnya. Amboi, indah sekali dengan ukuran 34 C itu. Begitu terasa kenyal dengan puting berwarna kecoklatan sudah tegak mengacung. Kutelusuri sisi-sisi dari payudaranya, dan sengaja tidak langsung ke putingnya supaya dia penasaran dan semakin terangsang. "Ah, Mas Dani... Hisap putingku, cepat... Rasanya geli sekali..." katanya memohon. Aku sengaja menyisakan dua tonjolan kecil itu untuk nanti. Lidahku pun turun menyusuri perutnya dan bermain-main di pusarnya. Dia menggeliat kegelian, "Ufh... Mas Dani... Geli... Ah..." kulirik matanya memejam tanda menikmati apa yang kulakukan. Aku pun segera melepas baju kemeja dan kaos dalamku. Karena tubuhku sudah merasa kegerahan.



Kusingkapkan rok abu-abu itu ke atas sampai ke pinggangnya. Kulihat celana dalam warna krem itu sudah sedikit basah di bagian tengahnya. Kuciumi paha putih mulus itu, sambil tanganku meremas-remas bongkahan pantat nan padat itu. Tangannya masih meremas-remas rambutku. aku pun bergerak sampai pangkal pahanya dan masih terus kusapu dengan lidah dan bibirku. Terkadang kugigit-gigit kecil di bagian paha bagian dalam dekat pangkal pahanya. "Oufhhh... Masss... Ssshh..." dia mendesah penuh kenikmatan.

Perlahan-lahan kulepaskan celana dalam yang sudah mulai basah itu. Kini dihadapanku terpampanglah sebuah pemandangan menakjubkan. Sebuah belahan daging berwarna merah dengan sedikit rambut halus di bagian luarnya. Ternyata Vera adalah gadis yang pandai merawat diri. Terlihat rambut kemaluan itu baru saja tumbuh tanda dia rajin mencukurnya. Di bagian tengahnya tampak sedikit berkilat-kilat karena sudah terlumuri cairan pelumas. Tak menunggu lama lagi, kukecup lalu lidahku bergerilya di area paling pribadinya. Kubelai dengan lidahku bagian bibir luarnya, lalu lidahku mulai merangsek ke dalam bibir dalamnya. Aroma khas yang semakin membakar gairahku. Kurasakan batangku di bawah sana sudah semakin menegang mencari pelampiasan.

Sunday, November 18, 2012

Cinta Terlarang Antara Aku dan Tuan Putri - 1

"Dan, lo dipanggil bos tuh." celetuk Rony memecahkan konsentrasiku.

"Serius, Ron? Mo ngapain sih? Aduh laporan gue belom kelar nih. Mampus deh gue." gerutuku.

"Iya, beneran. Masa gue bohong sih. Udah cepetan, udah ditungguin lo!" kata Rony mulai kesal.

Akhirnya dengan langkah gontai aku menuju ruangan bosku. Aku saat ini bekerja di sebuah perusahaan finance dan sedang menyusun laporan keuangan bulanan. Aku sangat khawatir jika bosku menanyakan laporan itu, karena belum selesai kukerjakan. Akhirnya dengan tampang memelas aku memasuki ruangan itu. "Permisi, Pak. Bapak memanggil saya?"

"Hei, Dan. Silahkan masuk. Ayo duduk dulu. Oya dan jangan lupa tolong tutup kembali pintunya." kata bosku, Pak Ramelan Sukmajaya, pemilik perusahaan ini. Dia begitu berwibawa dan semua orang di perusahaan ini sangat menghormatinya. Waktu aku masuk dia sedang membaca kertas-kertas laporan yang menumpuk di mejanya. Aku membatin, mampuslah aku jika dia menanyakan laporan itu.

"Kamu lagi sibuk gak hari ini?" tanyanya langsung.

"Mmm, saya sedang mengerjakan laporan untuk cabang kita yang ada di Bogor, Pak. Dan maaf belum selesai sampai hari ini." kataku dengan nada penuh penyesalan.

"Ah, kalo itu mah bisa menyusul. Begini, aku butuh bantuanmu. Tapi ini bukan masalah kantor. Apakah kamu keberatan?' tanyanya sambil menatap tajam ke arahku dari balik kaca matanya.

"Oh, tidak Pak. Sama sekali tidak." kataku dengan segera. Khawatir jika menolak, karirku di perusahaan ini bisa terancam. Apalagi dia adalah pemilik perusahaan ini. Bisa dengan mudahnya mendepak pegawai kecil seperti aku ini.

"Hari ini sopirku sedang sakit. Biasanya dia yang menjemput anakku dari sekolah. Nah, aku minta tolong hari ini kamu jemput dia di sekolah. Kamu pakai saja mobil kantor, supaya dia tahu kalo kamu adalah pegawaiku. Nanti antar saja kemanapun dia mau. Kadang-kadang pulang sekolah dia ada kegiatan di tempat lain."

"Oh, baik, Pak. Oh ya nama anak Bapak siapa ya? Maaf, saya belum pernah tahu." tanyaku hati-hati.

"Namanya Veronica. Panggilannya Vera. Ini dia fotonya waktu masih SMP." jawabnya sambil menyodorkan selembar foto keluarga yang dia selipkan di dompetnya. Aku mencoba mengingat-ingat wajah itu.

"Maaf, Pak. Lalu untuk laporan saya yang belum selesai bagaimana ya? Jadinya mungkin agak molor. Apakah tidak apa-apa?" aku masih kepikiran tugasku yang belum selesai.

"Tenang aja kalo untuk masalah itu. Pasti nanti aku kasih toleransi. Yang penting hari ini kamu jemput Vera, ya?" fiuuh... aku lega mendengar jawaban itu. Karena hari ini aku moodku juga sedang tidak bagus untuk menyusun laporan itu. Otakku serasa buntu. Makanya tugas dari bos ini kuanggap penyegaran. Apalagi kalau dilihat dari fotonya anak bos tergolong cantik. Foto itu adalah saat dia masih SMP, aku tidak membayangkan betapa cantiknya dia sekarang.

"Baik, Pak. Kalau begitu saya mohon diri. Untuk bersiap-siap dan meminjam mobil ke bagian rumah tangga." kataku sekalian monon ijin.

"Ya, silahkan. Hati-hati bawa mobilnya, ya." katanya mengingatkan.

"Baik, Pak." jawabku mantab.

*****

Jam 2 siang, kulihat anak-anak berseragam abu-abu putih sudah mulai merhamburan keluar pagar. Aku mencoba mengamati mereka dari kaca spion dan mencari wajah yang ada di foto Pak Ramelan. Aku sengaja menunggu agak jauh dari gerbang dan di dalam mobil. Agak tidak pede rasanya ketika berada di antara anak-anak ABG itu.

Saat aku sedang asyik mengamati, tiba-tiba kaca mobil sebelah kanan diketuk dari luar. Dan betapa terkejutnya aku ternyata di sebelah pintu kanan mobil sudah berdiri sesosok gadis dengan rambut sepinggang dipotong model shaggy. Kulitnya putih dengan wajah manis khas Sunda, hidung bangir dan bibir mungil menambah kesempurnaan ciptaan Tuhan ini. Sesaat aku terpana, dan jika dia tidak mengetuk kaca mobil sekali lagi mungkin aku masih melongo. Segera kuturunkan kaca depan.


"Mas ini yang disuruh Papa untuk ngejemput aku ya?" tanyanya.

"Eh, anu... Iya... Ini Non Vera ya?" jawabku gelagapan karena terkaget dari lamunanku.

"Idih, kok panik gitu sih, Mas. Iya, aku Vera. Panggil aja Vera gak usah pake 'Non'." katanya sambil tersenyum. Alamak, manis sekali senyumnya. Membuat jantung ini serasa berhenti berdetak, dan dunia seolah lambat berputar.

"Eh, baik, Non, eh, maksud saya Vera. Ayo silahkan masuk kalo gitu." kataku sambil membuka pintu sebelah kiri untuknya. Dia lalu berjalan melintasi bagian depan mobil ke arah sisi kiri. Ketika kulihat dari samping, amboi! Tak hanya wajahnya saja yang manis, tubuhnya pun terlihat sempurna dengan dua bukit di bagian atas yang tampak menonjol di balik baju putihnya dan bongkahan pantat yang padat terbalut rok abu-abu. Diam-diam aku jadi mengaguminya, baru kali ini aku melihat gadis sesempurna itu.

Wednesday, October 24, 2012

Sex is My Gym

Kulirik arloji di tangan kiriku, waktu menunjukkan pukul 20.35. Berarti mungkin sampai kontrakan aku sudah tidak sempat mengerjakan tugas kuliahku dulu. Session aerobic hari ini molor sampai setengah jam. Memang tidak mudah menjadi seorang mahasiswi sekaligus seorang instruktur senam.  Aku harus pandai membagi waktu antara kuliah dan bekerja. Di satu sisi aku harus mengejar agar kuliahku dapat selesai pada waktunya, namun di sisi lain aku juga harus tetap memenuhi kewajibanku sebagai instruktur aerobik demi mendapatkan uang untuk kebutuhanku sehari-hari. Biaya kontrakan di daerah Bekasi juga tidak murah, karena aku memilih kontrakan yang nyaman dan berfasilitas lengkap. 

Betapa terkejutnya aku ketika kuperiksa ke dalam tas ternyata hape dan paper tugas kuliahku tidak ada. Sepertinya tertinggal di tempat fitness. Mau tidak mau akhirnya kuminta supir taksi itu untuk putar balik ke tempat semula. Tak berapa lama sampailah aku di sebuah fitness center di bilangan Jakarta Timur. Karena aku juga belum yakin apakah barangku tertinggal di dalam, akhirnya kubayar taksi itu dan tidak kusuruh menunggu. Kulihat lampu masih menyala, ah, berarti masih ada orang di dalam. Aku pun segera bergegas masuk. Ternyata di dalam masih ada Ivan salah seorang instruktur untuk bodybuilder. Menurutku dia cukup tampan dengan body yang ideal. Tidak terlalu besar namun padat dengan otot yang menonjol di sana sini. Perut yang sixpack itu tentu akan membuat gadis mana pun bertekuk lutut. Aku sendiri sangat kagum terhadap dirinya, terhadap kemampuannya menjaga kebugaran tubuhnya. Tidak jarang sosok Ivan menghiasi fantasi-fantasi liarku. Saat ini kulihat dia sedang berlatih bench press, yaitu sebuah alat latihan yang digunakan untuk membentuk otot dada.

"Hai, Van. Belum pulang nih? Widih, masih latihan aja nih." sapaku saat memasuki ruangan. Ruangan di fitness center tempat aku bekerja terbagi menjadi dua, yang satu untuk latihan aerobik, tempatnya lebih di dalam dan satu lagi untuk latihan beban yang letaknya lebih di luar. Seluruh ruangan dipasangi cermin sehingga kami dapat melihat pantulan diri kami dari segala sisi.

"Oh, hai, Ren. Lho kok balik lagi? Bukannya tadi lo udah balik ya? Kalo gue sih lagi dapet shift malem, jadi ntar sekalian nutup pintu depan." jawabnya sambil menyeka keringat di tubuhnya. Dia memakai kaos singlet yang sangat mengekspos otot-otot di lengan dan dadanya. Lututku hampir lemas saat melintas di depannya. Entah hanya perasaanku saja atau saat ini dia memang sedang memandangku namun tidak seperti biasanya. Tatapannya seolah sedang menelusuri setiap lekuk tubuhku. Memang saat ini aku hanya memakai kaos tanktop warna pink yang lumayan ketat sehingga menonjolkan setiap lekukan tubuhku. Payudaraku sedikit di atas rata-rata, dengan ukuran 34 C cukup membuat kaum adam terhipnotis. Selain itu aku memakai celana pensil yang menempel ketat sehingga menampilkan bentuk pantatku yang indah membulat akibat efek dari latihan aerobik yang kujalani.


"Iya nih Van, kayanya hape dan tugas kuliah gue ketinggalan deh. Makanya gue balik lagi. Mudah-mudahan sih masih ada di sini. Seinget gue tadi udah gue siapin deket tas, eh pas gue cek di taksi ternyata gak ada."

"Ya udah coba lo cari dulu, mudah-mudahan sih ketemu. Bisa berabe kalo hape ilang. Eh, gue persiapan nutup pintu depan dulu ya." katanya sambil ngeloyor pergi ke depan.

Setelah kucari kesana kemari, ternyata map berisi tugas kuliah dan hapeku terselip di loker bagian bawah. Saat aku sedang mengambil map dan hape itu, ada suara berdehem, dan aku pun mendongak dengan posisi tubuh masih merangkak.

"Ehm, Ren, lo tau gak? Ternyata lo tuh punya asset yang luar biasa. Gue selalu ngebayangin gimana ya rasanya..." Ivan sudah bersandar di pintu pembatas antara ruang aerobik dan bodybuilder. Sial! sepertinya dia sudah berdiri cukup lama di situ. Dan lebih sial lagi dengan posisiku saat ini berarti buah dadaku terlihat sangat menggantung dan akan membuat lelaki manapun tergoda.